oleh: muhammad yaskur
itulah judul yang mungkin paling pas untuk menggambarkan aktivitas tiap orang
petani,....
pedagang, ....
pengusaha,
perajin,
seniman, .... bahkan
guru.
pekerjaan sehari-hari yang itu itu saja membuat kita bosan.
sebetulnya kalau kita mau bersyukur, pekerjaan seorang guru
sungguh ideal.
gaji tidak pernah turun, apalagi yang sertifikasi
pekerjaan hanya setengah hari.
tidak demopun gaji tetap naik, kurang apa lagi?
itulah manusia yang tidak pernah merasa puas.
sudah punya ini pingin itu.
sudah punya itupun, kurang yang sana.
kita tidak pernah menengok ke bawah,
hanya lihat ke atas.
punya komentar?
Visi “Utama dalam budi pekerti, maju dalam ilmu dan karti” Misi: 1. Membekali anak dengan budi pekerti yang baik. 2. Menanamkan rasa disiplin, ketaatan dan bertanggung jawab dalam segala aspek. 3. Membekali ilmu dan keterampilan sebagai bekal dasar untuk hidup di tengah-tengah masyarakat. 4. Membekali ilmu dan pengetahuan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Selasa, 20 Juli 2010
Senin, 19 Juli 2010
Permata Hati
Permata Hati
Oleh: Harini, S.Pd
Anak-anakku,
Engkau adalah permata hati ayah dan bundamu
Engkau adalah kebanggaan kami, guru-gurumu
Dan engkau adalah generasi penerus negerimu
Apa yang sudah kau perbuat, Anak-anakku?
Sudahkah engkau menjadi permata hati yang berharga
bagi orang tuamu?
Banggakah guru-guru padamu?
Apa sumbangsihmu pada negeri ini?
Yakinlah bila kamu tak dapat memberi materi
pada ayah dan bundamu,
mereka tidak akan sedih dan menangis
Yakinlah bahwa kamu dapat membuat dirimu
berguna, paling tidak untuk dirimu sendiri
Itu sudah cukup membanggakan
Yakinlah dengan belajar giat untuk meraih
hasil yang memuaskan,
dapat membuat mereka tersenyum bahagia
dan dirimu bangga
Yakinlah hasil yang memuaskan itu
dapat membuat hidupmu
jadi lebih baik, kelak!
Anak-anakku,
Siapkah kamu berjuang untuk itu?
Hanya dirimu yang tahu.
Segeralah susun strategi,
motivasilah dirimu sendiri,
dan
jangan lupa selalu dekatkan diri
dengan Sang ILLAHI.
Semuanya pasti tercapai
dan indah pada waktunya
InsyaAllah!
Doa kami pun untukmu, Anak-anakku.
Oleh: Harini, S.Pd
Anak-anakku,
Engkau adalah permata hati ayah dan bundamu
Engkau adalah kebanggaan kami, guru-gurumu
Dan engkau adalah generasi penerus negerimu
Apa yang sudah kau perbuat, Anak-anakku?
Sudahkah engkau menjadi permata hati yang berharga
bagi orang tuamu?
Banggakah guru-guru padamu?
Apa sumbangsihmu pada negeri ini?
Yakinlah bila kamu tak dapat memberi materi
pada ayah dan bundamu,
mereka tidak akan sedih dan menangis
Yakinlah bahwa kamu dapat membuat dirimu
berguna, paling tidak untuk dirimu sendiri
Itu sudah cukup membanggakan
Yakinlah dengan belajar giat untuk meraih
hasil yang memuaskan,
dapat membuat mereka tersenyum bahagia
dan dirimu bangga
Yakinlah hasil yang memuaskan itu
dapat membuat hidupmu
jadi lebih baik, kelak!
Anak-anakku,
Siapkah kamu berjuang untuk itu?
Hanya dirimu yang tahu.
Segeralah susun strategi,
motivasilah dirimu sendiri,
dan
jangan lupa selalu dekatkan diri
dengan Sang ILLAHI.
Semuanya pasti tercapai
dan indah pada waktunya
InsyaAllah!
Doa kami pun untukmu, Anak-anakku.
Minggu, 18 Juli 2010
Pendidikan Tanpa Kekerasan
Kak Seto: Penting, Pendidikan Tanpa Kekerasan
kekerasan terhadap anak adalah masalah yang banyak terjadi di dunia, termasuk di negara maju. Ketua Dewan Pembina Komnas Perlindungan Anak, Seto Mulyadi, menjelaskan Hari Anak Nasional 2010 yang mengusung tema "Anak Indonesia Belajar Untuk Masa Depan", dengan subtema "Kami Anak Indonesia, Jujur, Berakhlak Mulia, Sehat, Cerdas dan Berprestasi", diharapkan mampu mengingatkan seluruh orang tua betapa pentingnya pendidikan yang benar tanpa kekerasan kepada anak-anak.
Kak Seto mengatakan, kasus kekerasan terhadap anak sangat tinggi, dan perlindungan anak menjadi bagian dari kepedulian bersama. "Dengan adanya Hari Anak Nasional (HAN), Komnas Perlindungan Anak, dan Undang-Undang Perlindungan Anak, maka kasus kekerasan terhadap anak mulai terbuka dan menjadi sorotan," ujar Kak Seto dalam konferensi pers Hari Anak Nasional 2010 di Gedung Kementerian Pendidikan Nasional, Jumat (16/07).
Direktur Pendidikan Anak Usia Dini selaku Sekretaris Umum Kepanitiaan Hari Anak Nasional 2010, Sudjarwo, Senada dengan Kak Seto. Menurut dia, kekerasan terhadap anak dalam dunia pendidikan juga masih sering terjadi. "Di sekolah-sekolah masih ditemukan kasus murid yang dilempar kapur oleh gurunya," ujar Sudjarwo.
Pendidikan karakter yang dituangkan dalam Rencana Strategis Kemdiknas harus ditanamkan sedini mungkin kepada anak-anak. Dalam usaha tersebut, sudah ada standar PAUD yang berisi peletakan dasar karakter. "Untuk menjadikannya SOP dibutuhkan standar proses," ucapnya.
Puncak Hari Anak Nasional yang jatuh pada Jumat (23/07) akan dilaksanakan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Acara tersebut akan dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang sekaligus mencanangkan Gerakan Nasional "Indonesia Sayang Anak".
(dikutip dari www.kemdiknas.go.id)
kekerasan terhadap anak adalah masalah yang banyak terjadi di dunia, termasuk di negara maju. Ketua Dewan Pembina Komnas Perlindungan Anak, Seto Mulyadi, menjelaskan Hari Anak Nasional 2010 yang mengusung tema "Anak Indonesia Belajar Untuk Masa Depan", dengan subtema "Kami Anak Indonesia, Jujur, Berakhlak Mulia, Sehat, Cerdas dan Berprestasi", diharapkan mampu mengingatkan seluruh orang tua betapa pentingnya pendidikan yang benar tanpa kekerasan kepada anak-anak.
Kak Seto mengatakan, kasus kekerasan terhadap anak sangat tinggi, dan perlindungan anak menjadi bagian dari kepedulian bersama. "Dengan adanya Hari Anak Nasional (HAN), Komnas Perlindungan Anak, dan Undang-Undang Perlindungan Anak, maka kasus kekerasan terhadap anak mulai terbuka dan menjadi sorotan," ujar Kak Seto dalam konferensi pers Hari Anak Nasional 2010 di Gedung Kementerian Pendidikan Nasional, Jumat (16/07).
Direktur Pendidikan Anak Usia Dini selaku Sekretaris Umum Kepanitiaan Hari Anak Nasional 2010, Sudjarwo, Senada dengan Kak Seto. Menurut dia, kekerasan terhadap anak dalam dunia pendidikan juga masih sering terjadi. "Di sekolah-sekolah masih ditemukan kasus murid yang dilempar kapur oleh gurunya," ujar Sudjarwo.
Pendidikan karakter yang dituangkan dalam Rencana Strategis Kemdiknas harus ditanamkan sedini mungkin kepada anak-anak. Dalam usaha tersebut, sudah ada standar PAUD yang berisi peletakan dasar karakter. "Untuk menjadikannya SOP dibutuhkan standar proses," ucapnya.
Puncak Hari Anak Nasional yang jatuh pada Jumat (23/07) akan dilaksanakan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Acara tersebut akan dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang sekaligus mencanangkan Gerakan Nasional "Indonesia Sayang Anak".
(dikutip dari www.kemdiknas.go.id)
Sekolah Menengah Pertama
Sekolah Menengah Pertama yang disingkat dengan SMP merupakan jenjang pendidikan dasar pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus sekolah dasar (atau sederajat). Sekolah menengah pertama ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 7 sampai kelas 9. Saat ini Sekolah Menengah Pertama menjadi program Wajar 9 Tahun (SD, SMP).
Lulusan sekolah menengah pertama dapat melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah atas atau sekolah menengah kejuruan (atau sederajat). Pelajar sekolah menengah pertama umumnya berusia 13-15 tahun. Di Indonesia, setiap warga negara berusia 7-15 tahun tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, yakni sekolah dasar (atau sederajat) 6 tahun dan sekolah menengah pertama (atau sederajat) 3 tahun.
Sekolah menengah pertama diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta. Sejak diberlakukannya otonomi daerah pada tahun 2001, pengelolaan sekolah menengah pertama negeri di Indonesia yang sebelumnya berada di bawah Kementerian Pendidikan Nasional, kini menjadi tanggung jawab pemerintah daerah kabupaten/kota. Sedangkan Kementerian Pendidikan Nasional hanya berperan sebagai regulator dalam bidang standar nasional pendidikan. Secara struktural, sekolah menengah pertama negeri merupakan unit pelaksana teknis dinas pendidikan kabupaten/kota.
Untuk belajar di SMP/MTs atau yang sederajat, anak-anak usia SMP dapat memilih sekolah yang sesuai dengan pilihan dan kesempatan yang dimiliki, seperti:
1.SMP Negeri atau SMP Swasta Biasa
2.SD-SMP Satu Atap
3.SMP Terbuka
4.MTs Negeri atau MTs Swasta atau sekolah lainnya yang sederajat
5.Pondok Pesantren Salafiyah yang menyelenggarakan program Wajib Belajar
Lulusan sekolah menengah pertama dapat melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah atas atau sekolah menengah kejuruan (atau sederajat). Pelajar sekolah menengah pertama umumnya berusia 13-15 tahun. Di Indonesia, setiap warga negara berusia 7-15 tahun tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, yakni sekolah dasar (atau sederajat) 6 tahun dan sekolah menengah pertama (atau sederajat) 3 tahun.
Sekolah menengah pertama diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta. Sejak diberlakukannya otonomi daerah pada tahun 2001, pengelolaan sekolah menengah pertama negeri di Indonesia yang sebelumnya berada di bawah Kementerian Pendidikan Nasional, kini menjadi tanggung jawab pemerintah daerah kabupaten/kota. Sedangkan Kementerian Pendidikan Nasional hanya berperan sebagai regulator dalam bidang standar nasional pendidikan. Secara struktural, sekolah menengah pertama negeri merupakan unit pelaksana teknis dinas pendidikan kabupaten/kota.
Untuk belajar di SMP/MTs atau yang sederajat, anak-anak usia SMP dapat memilih sekolah yang sesuai dengan pilihan dan kesempatan yang dimiliki, seperti:
1.SMP Negeri atau SMP Swasta Biasa
2.SD-SMP Satu Atap
3.SMP Terbuka
4.MTs Negeri atau MTs Swasta atau sekolah lainnya yang sederajat
5.Pondok Pesantren Salafiyah yang menyelenggarakan program Wajib Belajar
Langganan:
Postingan (Atom)